Pasar Properti Indonesia 2025 Tetap Tangguh, Namun Penjualan Rumah Turun

Jakarta — Menurut data Cekindo, nilai pasar properti Indonesia diproyeksikan mencapai USD 64,78 miliar pada 2024 dan akan melaju hingga USD 85,97 miliar pada 2029 dengan CAGR 5,82 %.  Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan kelas menengah, urbanisasi, serta kebijakan pemerintah yang mendukung perumahan terjangkau.

Sektor perkantoran di ibukota tetap stabil; occupancy rata‑rata untuk semua kelas berada di sekitar 70 % pada 2024 menurut laporan JLL. Namun, pasar perumahan mengalami penurunan take‑up menjadi 87,8 % pada kuartal IV 2024—setengah dari level 2023, dipengaruhi oleh kondisi kredit yang lebih ketat dan keengganan pembeli.

Penelitian dari PwC (mengutip Pinhome) menunjukkan bahwa niat beli rumah naik hingga 21 % di wilayah yang terhubung dengan infrastruktur baru seperti jalan tol dan MRT, menandakan bahwa proyek infrastruktur tetap menjadi pendorong utama permintaan hunian.

Sementara itu, Cushman & Wakefield melaporkan penurunan absorpsi rata‑rata menjadi 12,8 unit per estate per bulan—turun 5,6 % YoY dan 51,3 % dibandingkan periode sebelumnya.

Ringkasan Nilai Pasar

  • Nilai pasar properti nasional diproyeksikan USD 64,78 miliar (2024)USD 85,97 miliar (2029), CAGR 5,82 %. Sumber: https://www.cekindo.com/

Sektor Perkantoran di Jakarta

  • Occupancy rata‑rata semua kelas tetap ≈ 70 % sepanjang 2024, menandakan permintaan tetap kuat meski kondisi ekonomi global menantang. Sumber: https://www.jll.com/

Tren Residensial

  • Take‑up residensial menurun menjadi 87,8 % pada Q4 2024, hanya setengah dibandingkan 2023.
  • Absorpsi menurun 5,6 % YoY dengan penurunan tajam 51,3 % dibandingkan periode sebelumnya
    Sumber: https://www.cushmanwakefield.com

Faktor Penggerak – Infrastruktur

  • Proyek infrastruktur (toll road, MRT, LRT) meningkatkan niat beli rumah ≈ 21 % di daerah yang mendapat manfaat. Sumber: https://www.pwc.com/.

Risiko & Peluang

  • Risiko: Kenaikan suku‑bunga, ketersediaan kredit yang ketat, potensi oversupply di segmen kantor premium.
  • Peluang: Investasi di kawasan pinggiran yang terhubung jaringan transportasi, segmen menengah dengan rasio harga‑sewa yang masih wajar, serta proyek berkelanjutan yang menarik pembeli sadar lingkungan.

Kesimpulan

Pasar properti Indonesia 2025 tetap menunjukkan ketahanan di sektor perkantoran, sementara penurunan penjualan rumah menandakan perlunya strategi pemasaran yang lebih fleksibel. Fokus pada infrastruktur dan inovasi produk akan menjadi kunci untuk mengoptimalkan pertumbuhan ke depan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top